Balada si Neng

Ketika beberapa bulan yang lalu, si Neng, ART dirumah minta ijin pulang untuk mengirim uang ke orang tuanya, saya ijinkan. Kemudian, setelah hitung2an gaji, Neng pun pulang kampung. Seperti biasa juga, kalau pembantu pulang kampung, mau seberapa baik dan jujurnya dia, pembantu tetaplah pembantu. Mereka tidak bisa diduga, susah ditebak dan kadang lebih unpredictable daripada harga saham. *apaaa cobaa??*

So, seperti bisa ditebak, kelanjutan dari cerita diatas adalah, Neng tidak menepati janjinya untuk kembali bekerja, seminggu kemudian. Tunggu punya tunggu, kata temen-temen, mungkin dia mau abisin waktu sebulan di kampungnya. Baiklaah, saya tunggu sampai akhir bulan. Ketika kemudian sampai akhir bulan kedua dan ketiga dia tidak juga kembali …. ya sudahlah …. saya toh sudah terbiasa tanpa si Neng.

Sebulan yang lalu, pembantu harian saya mendapat telpon dari si Neng, katanya, dia mau balik bekerja ditempat saya. Dia tanya, kira-kira saya masih boleh balik gag yaa sama ibu?? Well …. she is a nice girl. Cukup dekat dengan anak-anak dan yang paling penting, bisa kompak sama si mak, yang super selektif dalam memilih asisten rumah tangga yang bisa akrab dengan dia. Kami pun kemudian menunggu-nunggu kedatangannya ….

Sampai sebulan setelah telepon itu berlalu, Neng tidak juga kunjung datang…. Ya sudah lah 🙂

Tiba-tiba kemarin papie sms. Neng balik … Hahahahhaha … rejeki mah gag kemana 🙂

Pulang kerumah kemarin, saya mendapati Neng. Hitam, dekil dan cengengesan. Dulu, pulang dari rumah saya, dia sudah sedikit lebih gemuk dan putih. Bukan type majikan yang banyak omong, saya cuma tanya : “Neng teh, kamana wae??” Dijawab dengan cengengesan sama si Neng.
Dari mamie kemudian saya dengar khabar, Neng tidak diperbolehkan balik ke rumah saya lagi, melainkan disuruh kerja di pabrik oleh ayahnya. Mungkin kerja di pabrik upahnya jauh lebih besar daripada kerja di rumah saya ya? Mana type orang tua si Neng di kampung, anaknya kerja kumpul2 uang, mereka seenaknya tinggal menadah dan menggunakan uang yang dikumpulkan dengan susah payah.

Di rumah saya, Neng lebih menjadi anak pertama, dibanding pembantu. Tugasnya, bantu bersih-bersih dan menemani Tim Nick main dan belajar. Apa yang saya beli buat anak-anak, saya bagi juga ke Neng. Kalau anak-anak istirahat, Neng juga boleh bobok siang. Ketika anak-anak main flying fox ketika kami berlibur di bogor beberapa waktu yang lalu, Neng pun mendapat tiket flying fox yang sama 🙂

Kemudian, iseng saya tanya lagi, ketika bertemu di ruang makan. “Gimana Neng, enak kerja di pabrik?” Dan jawab si Neng polos sambil curcol :
“Idiiih, apaan ibu, Neng mah baru tau kalo kerja di pabrik tuh begitu yaaa … capeknya minta ampuuuun ibuuu …. iih, kapok deh Neng mah … mana Neng sakit-sakitan terus karena kecapean …. Neng mah gag mau lagi ah …. :

Hahahahhaha … rupanya, dia dipekerjakan di pabrik rokok di dekat kampungnya. Saya pikir, kerja di Pabrik enak … ada jam kerja, ada upah minimum, kerjanya cuman gitu-gitu aja *yang kerjanya melipat, ya melipat seharian … yang kerjanya menggulung yaa menggulung seharian* Tapi yaa, ternyata si Neng mengeluh …. Neeeeng Nenggg ….

Wahai asisten-asisten RT diluar sana …. makanya jangan suka lompat-lompatan kerja … kerja dimana-mana mah sama ajaaa … malah kadang udah dikasih semua, masiiih aja mau pindah sini sana …

*kira-kira, ada gag ya ART yang baca blog?*